Pemimpin ibarat pilot pesawat terbang yang menentukan kemana arah pesawat akan terbang. Pemimpin juga ibarat nahkoda kapal yang harus selalu siap terhadap goncangan ombak yang menerpa. Tidak hanya itu, keselamatan penumpang pun menjadi tanggungjawabnya. Oleh karena itu, Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa sesuatu yang paling berat itu adalah amanah.
Kepemimpinan itu bukan untuk gagah-gagahan atau untuk mengumpulan harta kekayaan tetapi untuk menjalankan cita-cita dan mimpi seluruh rakyat yang dipimpinnya. Tidak mudah mencari pemimpin yang benar-benar pemimpin. Memang banyak pejabat yang menjadi pimpinan tetapi pejabat belum tentu pemimpin, mungkin hanya sebatas manager bukan leader.
Menurut William George, pemimpin sejati itu memiliki tiga hal, yaitu pertama, komitmen terhadap perkataan dan perbuatannya sehingga tidak mudah menyerah oleh keadaan. Kedua, menjunjung tinggi nilai-nilai serta tidak menjadikannya sebagai basa-basi politik. Ketiga, membangun hubungan secara baik.
Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan adalah salah seorang pemimpin sejati. Ketika dilantik menjadi presiden, beliau berpidato, “Saya dikencingi, muka saya diludahi, dan kepala saya diinjak-injak oleh penjajah. Adakah diantara kalian yang lebih menderita dari saya? Please your hand if anyone of you suffer more than me! Tidak ada?Untuk itu mulai hari ini saya maafkan semua kesalahan orang kulit putih. Siapa yang menyakiti mereka, berhadapan dengan saya, Nelson Mandela!
Figur pemimpin sejati lainnya adalah Perdana Menteri China Zhu Rongji. Ketika dilantik pada tahun 1998, beliau langsung menyatakan dirinya untuk komitmen terhadap pemberantasan korupsi di China. Dalam pelantikannya, beliau mengatakan, “Sediakan seratus peti mati untuk para koruptor dan sediakan pula satu untuk saya jika saya melakukan hal yang sama.” Sungguh merupakan gebrakan yang luar biasa yang dilakukan seorang pemimpin bangsa untuk membuktikan komitmennya terhadap apa yang menjadi cita-cita bangsanya. Apakah Indonesia berani melakukan hal seperti ini?Atau hanya akan berdalih pencemaran nama baik atau pelanggaran HAM?
Memilih pemimpin sejati harus terus kita upayakan karena maju atau mundurnya suatu bangsa akan bergantung kepada pemimpinnya. Tidak ada pengikut yang buruk jika pemimpinnya baik. Jika kita dipimpin oleh pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri, jabatan dijadikan sebagai alat untuk mengumpulkan kekayaan bukan sebagai fasilitas untuk membangun bangsanya, maka akan semakin bobrok lah keadaan suatu bangsa.
Satu hal yang harus diperhatikan lagi adalah bagaimana kita menghidupkan kembali kepemimpinan di kalangan pemuda, bagaimana kita mencari generasi penerus yang akan melanjutkan cita-cita bangsa. Saya mulai khawatir jika melihat tingkah polah pemuda masa kini yang terus tergerus oleh budaya. Banyak pemuda kita yang masih tawuran, ikut gank motor, nongkrong-nongkrong di pinggir jalan atau di warung sambil mengepulkan asap rokok. Jika sudah begitu, bagaimana bisa hidup produktif?Padahal negeri ini perlu kaderisasi untuk mencetak pemimpin-pemimpin baru.
Sekali salah dalam memilih pemimpin maka akan menyesal seumur hidup. Kalau salah mencukur rambut hanya akan terlihat dalam waktu satu bulan atau bisa langsung digunduli. Akan tetapi, kalau salah memilih pemimpin, efeknya bisa sampai generasi selanjutnya. Karena setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya.
0 komentar:
Posting Komentar